Penyakit Autoimun Lagi Meningkat Dramatis di RI, Yuk Cegah dengan Gaya Hidup Sehat
- istimewa
Cerita Kita – Jumlah penyakit autoimun mengalami peningkatan di dunia termasuk Tanah Air pasca pandemi COVID-19. Penyakit itu disebut mengalami peningkatan yang dramatis.
Demikian disampaikan Dokter spesialis penyakit dalam, konsultan alergi imunologi klinik RS Siloam Lippo Village Tangerang, Steven Sumantri. Dia menyebut peningkatan itu karena kasus penyakit itu lambat terdeteksi.
"Jumlah kasus penyakit autoimun di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, mengalami peningkatan dramatis, khususnya usai pandemi. Dan, seringkali tidak disadari sehingga lambat terdeteksi,” kata Steven Sumantri di Tangerang, Banten dikutip pada Minggu, 12 Mei 2024.
Dia menyebut kasus autoimun saat ini bersifat pandemi. Hal itu karena banyak tak diketahui masyarakat sehingga masuk kategori silent pandemi.
Dijelaskan Steven, autoimun bisa menyerang siapapun tanpa peduli usia atau jenis kelamin. Namun, ia tak menafikan kasus autoimun lebih sering dialami kalangan perempuan usia produktif.
Pun, ia menyebut beberapa penyakit autoimun seperti lupus, sindrom, artritis reumatoid, psoriasis, miastenia gravis, hingga tiroiditis hashimoto. Beragam jenis autoimun itu lantaran kelompok penyakit kompleks di mana sistem kekebalan yang mestinya melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit malah menyerang sel – sel sehat.
Steven menyebut pemicu orang terkena autoimun bermacam yakni faktor genetik beserta lingkungan hingga gaya hidup.
Dia berujar untuk faktor lingkungan dipicu misalnya karena daerah industri lantaran pencemaran udara, air, dan lainnya.
”Seperti dari daerah Cilegon maupun kawasan industri di Serang yang saya tangani kondisinya perlu penanganan lebih," jelas Steven.
Lebih lanjut, dia menguraikan ada beberapa gejala autoimun yang mesti diwaspapdai.
"Gejala umum autoimun yang perlu diwaspadai seperti lemas, kelelahan kronik, nyeri otot, demam ringan, kesemutan, bentol seluruh tubuh, bengkak area tertentu, rambut rontok dan kulit kemerahan," katanya.
Kemudian, ia menuturkan untuk pencegahnnya agar sebaiknya menerapkan gaya hidup sehat seperti olahraga teratur. Penting mengatur waktu dengan istirahat cukup dan menjaga aktivitas.
Selain itu, dianjurkan rajin konsumsi makanan bergizi, perbanyak makan buah dan sayur.
“Ada baiknya untuk segera dikonsultasikan ke dokter apabila kondisi berulang dan menetap dalam jangka waktu lebih dari 6 minggu,” kata dia.
Dia menuturkan untuk pengobatan autoimun juga bervariasi dilihat dari jenis dan tingkat dampak penyakitnya.
"Hal ini dapat meliputi obat-obatan antiinflamasi, steroid, imunosupresan dan terapi biologis," katanya. (Ant)