Ewindo Gandeng IPB, Gelar Pelatihan Budidaya Sayuran Bagi Siswa SLB G YBMU

Pelatihan budidaya tanaman sayuran di SLB G YBMU
Sumber :

Jakarta – Dalam momentum memperingati Hari Disabilitas Internasional di Desember ini, PT East West Seed Indonesia (EWINDO), produsen benih hortikultura dengan merek “Cap Panah Merah”, bekerja sama dengan Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) dan SLB G Yayasan Bhakti Mitra Utama (YBMU) Baleendah, Kabupaten Bandung, mengadakan pelatihan budidaya tanaman sayuran.

Kegiatan ini juga ditandai dengan pemberian urban farming kit bernama EasyGrow, yang dirancang khusus untuk mendukung siswa berkebutuhan khusus, termasuk mereka yang menggunakan kursi roda. 

Tema Hari Disabilitas Internasional tahun ini, "Memperkuat Kepemimpinan Penyandang Disabilitas untuk Masa Depan yang Inklusif dan Berkelanjutan," menjadi landasan utama program ini.

EasyGrow merupakan inovasi hasil kolaborasi antara EWINDO dan mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, melalui program mata kuliah Capstone. Kit ini dirancang bagi teman-teman disabilitas yang menggunakan kursi roda untuk turut serta dalam aktivitas pertanian dengan lebih mudah. 

EasyGrow juga menjadi langkah konkret dalam mendukung keberagaman, menciptakan peluang yang setara dalam dunia pertanian, dan mengedepankan keberlanjutan.

Baskoro Adiwiyono, Corporate Relations and Communication Manager EWINDO, menjelaskan, dirinya percaya bahwa pertanian adalah aktivitas yang inklusif dan memiliki manfaat besar bagi semua kalangan, termasuk siswa-siswi yang berkebutuhan khusus. 

Dengan EasyGrow kit yang dirancang berkolaborasi dengan IPB, Baskoro berharap siswa-siswi dapat merasakan pengalaman berkebun yang menyenangkan, produktif, dan berdampak positif pada kehidupan mereka. 

“Langkah ini juga sejalan dengan misi kami untuk mempromosikan konsumsi sayuran di masyarakat luas,” ujarnya

SLB G YBMU Baleendah selama ini telah menjalankan program pertanian yang meliputi metode hidroponik dan konvensional, melibatkan 10 hingga 15 siswa dengan alokasi 40 jam per tahun. 

Program ini memberikan pelatihan mulai dari proses penyemaian hingga panen. Dengan tambahan EasyGrow kit ini, para siswa mendapatkan akses yang lebih inklusif dan fleksibel untuk mengikuti kegiatan pertanian.

“Setiap siswa dan siswi punya hak yang sama, untuk bertani dan berkarya sama seperti kita. Kerja sama kami dengan EWINDO sudah berlangsung kurang lebih tiga tahun, dan kami berterima kasih atas perhatian dan dukungan EWINDO yang menghadirkan program ini di sekolah kami,” ungkap Gaos Haeruman, Kepala Sekolah SLB G YBMU Baleendah. 

“Urban farming kit EasyGrow menjadi solusi praktis bagi siswa kami yang menggunakan kursi roda, sehingga mereka dapat ikut aktif dalam kegiatan pertanian. Ini adalah langkah maju untuk meningkatkan keterampilan, kemandirian, dan bahkan potensi kewirausahaan mereka di masa depan.”

Melalui keterampilan agrikultur, SLB G YBMU Baleendah juga mengembangkan bidang kewirausahaan melalui produksi Teh Bunga Telang, memberikan peluang tambahan bagi siswa untuk mengasah keterampilan ekonomi.

Solusi inovatif dari hasil kolaborasi antara industri dan akademia, serta pelatihan di bidang pertanian ini diharapkan dapat menjawab tantangan yang dihadapi siswa berkebutuhan khusus.

Pihak IPB yang terlibat dalam pengembangan EasyGrow juga mengungkapkan apresiasinya terhadap kerja sama ini.

“Melalui program Capstone, mahasiswa kami belajar memahami kebutuhan nyata di masyarakat, termasuk tantangan yang dihadapi teman-teman disabilitas. Dengan konsep raised bed gardening, atau ruang tumbuh yang ditinggikan dengan penutup pada sisi-sisinya yang ramah bagi pengguna kursi roda, EasyGrow adalah wujud nyata dari kolaborasi tersebut, menghubungkan inovasi teknologi dengan kebermanfaatan sosial,” sambut Dr. Ir. Burhanuddin, M.M., Kepala Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

Dalam pelatihan budidaya kali ini, para siswa dikenalkan dengan benih-benih sayuran daun seperti Pakcoy NAURA F1, Bayam Hijau MAESTRO, Caisim TOSAKAN, dan Kangkung BANGKOK LP-1 karena relatif mudah dan sederhana untuk dapat dibudidayakan. Sementara itu, para guru dari berbagai SLB yang hadir juga mendapatkan pelatihan cara membuat pupuk organik.

Selain untuk mendukung Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM), khususnya di bidang pertanian, kegiatan ini sebagai langkah awal untuk mendukung komunitas disabilitas agar lebih mandiri, bertanggung jawab, dan berkelanjutan, sejalan dengan empat tujuan Sustainable Development Goals (SDG): tanpa kelaparan, kesehatan yang baik dan kesejahteraan, pendidikan berkualitas, dan mengurangi kesenjangan. Dalam jangka panjang, upaya pertanian inklusif seperti ini diharapkan mampu menciptakan komunitas disabilitas yang tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri tetapi juga berkontribusi dalam mewujudkan ketahanan pangan di masyarakat.