Rawan Kecelakaan, Kendaraan Roda Dua Masih jadi Titik Lemah dalam Sistem Keselamatan Jalan
- Istimewa
Jakarta — Pijar Foundation bersama Kementerian Perhubungan RI dan Lembaga Administrasi Negara (LAN) sudah menyelenggarakan program Road Safety Fellowship 2025: Mewujudkan Indonesia Emas 2045 melalui Sistem Keselamatan Roda Dua yang Inovatif dan Adaptif. Program ini mempertemukan aparatur sipil negara lintas kementerian/Lembaga.
Tujuan program itu untuk memperkuat kapasitas dan membangun konsensus kebijakan demi mendorong sistem keselamatan kendaraan roda dua yang inovatif dan adaptif.
“Bonus demografi akan jadi sia-sia jika generasi produktif meninggal di jalan. Kecelakaan roda dua tak boleh lagi dianggap hal biasa. Tanpa regulasi yang tegas dan sistem keselamatan yang memadai, ini akan menjadi ancaman mematikan bagi masa depan bangsa,” ujar Kepala LAN, Muhammad Taufiq, dikutip pada Senin, 21 Juli 2025.
Sebagai mitra penyelenggara, Pijar Foundation menyampaikan pentingnya kolaborasi lintas sektor yang berbasis data dan riset dalam mewujudkan kebijakan keselamatan jalan yang progresif.
Executive Director Pijar Foundation, Cazadira F. Tamzil, mengatakan berdasarkan data, ada tiga korban jiwa setiap jam akibat kecelakaan jalan.
"Ini bukan sekadar angka, ini adalah peringatan bahwa tanpa intervensi kebijakan yang kuat, Indonesia bisa kehilangan aset terpentingnya untuk menuju Indonesia Emas 2045,” jelas Cazadira.
Road Safety Fellowship 2025 Dorong Peraturan Keselamatan Roda Dua
- Istimewa
Roda Dua dan Ancaman terhadap Generasi Produktif
Data dari Kementerian Perhubungan dan Korlantas Polri mencatat ada lonjakan signifikan kecelakaan kendaraan roda dua. Angka itu meningkat lebih dari 50 persen dalam lima tahun terakhir.
Pun, pada 2024, tercatat lebih dari 150.000 kasus kecelakaan yang mayoritas melibatkan roda dua. Korban jiwa dari kecelakaan itu mencapai 26.893 orang.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan RI, Aan Suhanan mengatakan dengan angka itu mencerminkan tingkat fatalitas yang semakin mengkhawatirkan. Selain itu, menunjukkan bahwa kendaraan roda dua masih menjadi titik lemah dalam sistem keselamatan jalan.
Kata dia, jadi ironis karena mayoritas korban berasal dari kelompok usia produktif, khususnya rentang usia 15 hingga 24 tahun.
Ia bilang generasi muda seharusnya menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Jika dibiarkan, Indonesia berisiko kehilangan potensi demografi emas yang vital dalam pembangunan menuju 2045.
Dia menambahkan dalam menghadapi tantangan keselamatan jalan yang semakin kompleks, kolaborasi lintas sektor serta adopsi teknologi keselamatan menjadi keniscayaan.
Dijelaskan dia, regulasi perlu berkembang secara responsif terhadap inovasi, disusun secara inklusif. Kemudian,didasarkan pada data yang kuat.
Menurutnya, penting sinergi antar pemangku kepentingan menjadi kunci untuk mendorong kebijakan keselamatan berkendara yang lebih progresif dan adaptif.
“Inovasi teknologi kendaraan saat ini semakin pesat membawa banyak manfaat bagi kita semua. Antara lain dalam meningkatkan efisiensi bahan bakar, kenyamanan berkendara, pengurangan emisi gas buang, dan juga sistem pengereman yang berdampak pada peningkatan keselamatan jalan,” jelas Aan melalui pidatonya yang disampaikan oleh Yusuf Nugroho selaku Direktur Sarana dan Keselamatan Jalan