Kisah Pilu Bocah Gibran yang Nangis Kelaparan di Bogor, Malah Ditinggal Kabur Ibu
- IG Camat Bojonggede
Cerita Kita - Seorang bocah bernama Gibran di Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mendadak viral di media sosial karena menangis kelaparan.
Gibran menangis kencang meminta makan kepada ibunya. Bukannya memberi makan, sang ibu yang kesal dengan jeritan Gibran, justru menyiram Gibran dengan air mineral.
Video Gibran sendiri viral di berbagai media sosial setelah seorang konten kreator tiktok @ahmadsaugi31 yang melihat dan merekam kejadian.
Lantas pria bernama Saugi itu mengajak Gibran bersama adik-adiknya makan dan berbelanja di Desa Sasak Panjang Bojonggede, Kabupaten Bogor.
Kemudian Saugi mengunggah video Gibran nangis kelaparan di akun TikTok @ahmadsaugi31.
Pengunggah video yakni @ahmadsaugi31 justru terancam dipidana. Dia dilaporkan oleh kepala desa karena mengunggah video tanpa izin pihak yang divideokan dan RT/RW/Lurah setempat, juga tidak sesuai fakta.
Akhirnya Ahmad Saugi meminta maaf telah membuat kegaduhan atas videonya, dan membuat video klarifikasi.
Namun demikian, video anak menangis kelaparan di Bojonggede itu terlanjur viral, meskipun unggahan aslinya sudah di-takedown. Beritanya pun menyebar dan beberapa fakta pun terkuak.
Ibu Gibran Kabur
Riska, Ibu dari Gibran, anak di Bojonggede yang videonya viral meronta sambil menangis meminta makan kepada ibunya hingga hari ini tak kunjung pulang.
Riska kabarnya kabur meninggalkan anak mereka saat peristiwa itu viral di media sosial. Sementara suaminya, Hamzah, bekerja sebagai tukang bangunan di daerah BSD, Tangerang Selatan.
Hal tersebut diungkapkan Camat Bojonggede Tenny Ramdhani.
"Sampai saat ini (ibu anak-anak) istri dari Hamzah dapat kabar dari kawan istrinya bahwa istrinya ada di kawasan Tanggerang Selatan," kata Tenny.
Menikah Siri
Tenny mengungkapkan, Hamzah dan Riska menikah secara siri dan belum tercatat dalam pernikahan negara. Hamzah dan Riska masing-masing sudah pernah menikah, namun belum resmi bercerai dari pernikahan sebelumnya.
Riska dari pernikahan sebelumnya juga tidak tercatat di negara alias siri. Sedangkan Hamzah belum cerai secara hukum. Anak-anak Hamzah dari pernikahan sebelumnya masuk dalam kartu keluarga Riska yang sekarang kabur usai video anaknya kelaparan.
Camat Tenny menambahkan bahwa kondisi Hamzah dan Riska memang termasuk dalam keluarga tidak mampu. Hamzah yang bekerja sebagai tukang bangunan pulang seminggu sekali. Sementara Riska bekerja serabutan. Anak-anak mereka biasa dititipkan ke tetangga.
"Selama ini anak-anaknya terperhatikan tetangga, sering dititipkan oleh pak Hamzah dan adiknya Pak Hamzah. Namun sampai saat ini (ibu Riska) belum diketahui keberadaan persisnya dan belum pulang," ujar Tenny
"Anaknya 3 semua dari anak Pak Hamzah. Kerja di BSD dan sedang cuti ke mandornya bagaimana bisa berdekatan dengan anak," sambungnya
Ayah Tukang Bangunan
Tenny memastikan keluarga Hamzah dan bocah Gibran sudah mendapat bantuan dan termasuk dalam penerima bantuan berkelanjutan. Ketiga anak dari Hamzah juga akan didampingi oleh Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Bogor untuk mendapat trauma healing.
"Untuk trauma healing. Kabar terkini anak-anak dalam keadaan baik-baik saja. Dan ayahnya Pak Hamza ini mulai sekarang stay bersama anak-anaknya lalu kemudian kemarin kami menerima bantuan dari Kemensos, yaitu dari Dirjen Anak berupa mainan, pakaian, sepatu dan lain sebagainya," kata Camat.
Tenny menambahkan, keluarga Gibran masuk kategori miskin. Ayahnya buruh bangunan dan menjadi perhatian pemerintah, dan akan mendapat bantuan yang berkelanjutan.
"Setelah kunjungan kami verifikasi lapangan, para pendamping IPSM, PKH, maupun TKSK mereka melakukan assesment agar mereka terbantu terdampingi secara berkelanjutan," katanya
Video Gibran sendiri viral di berbagai media sosial setelah konten kreator tiktok @ahmadsaugi31 menggungahnya di akun media sosialnya.
Lantas pria bernama Saugi itu mengajak Gibran makan dan berbelanja di Desa Sasak Panjang Bojonggede, Kabupaten Bogor.
Bantah Pidanakan Konten Kreator
Camat Bojonggede, Tenny Ramdhani membantah jika Pemerintah Desa Rawa Panjang mengintimidasi dan mengancam konten kreator Ahmad Saugi, yang memviralkan Gibran anak yang meronta sambil menangis meminta makan kepada ibunya.
"Terkait pemerintah desa akan memenjarakan itu sebetulnya tidak ada hal seperti itu. Maksud tujuannya, mungkin ini kan inisiasi pemerintah desa bersama tokoh, dan masyarakat di Rawa Panjang, resah dan berkeberatan terkait video tersebut akhirnya viral, desa mereka dengan stigma yang tidak mengenakan gitu," kata Camat Bojonggede, Tenny Ramdhani.
Tenny mengatakan, video klarifikasi yang dibuat oleh pemerintah desa dan Ahmad Saugi selaku konten kretator murni hasil musyawarah. Di mana musyawarah terjadi cukup lama dan melibatkan banyak tokoh masyarakat.
"Terkait viralnya Ahmad Saugi selaku konten kreator diintimidasi oleh pemerintah Desa sebetulnya tidak ada. Membuat video klarifikasi itu yang diminta kepala desa, dalam waktu yang panjang dari pagi selesai sore, membuat naskah pernyataan itu berdasarkan musyawarah karena mungkin di dalamnya banyak kepala atau lain sebagainya, sehingga kaya akan narasi di pernyataannya," ungkapnya.
Terkait wajah Ahmad Saugi yang terlihat dalam tekanan, menurut Tenny, itu semata hanya karena konten kreator itu kelelahan. Dan sudah sepenuhnya sepakat hasil musyawarah.
"Kondisi Ahmad Saugi dalam keadaan capek, dia membacakan terlihat seperti tertekan, Ahmad Saugi sudah memasrahkan bahwa mereka mengikuti apa yang disepakati dalam musyawarah," jelasnya.
Selain itu, kata Tenny, musyawarah yang digelar untuk menyepakati keinginan masyarakat agar kejadian serupa tidak terulang.
"Oleh karena itu, mereka menuntut hal-hal seperti itu padahal itu tidak ada niatan untuk menjebloskan saudara Ahmad Saugi (ke penjara), tidak seperti itu. Dan semata-mata ini memberikan hikmah kepada kita semua dan memberikan pelajaran ke masyarakat juga kita membuat konten-konten juga harus secara bijak dan mendapat izin-izin pihak terkait," imbuhnya.