Siswi SD Dikeluarkan dari Sekolah Gara-gara Orang Tua Suka Kritik Sekolah

Ilustrasi seragam sekolah SD, SMP dan SMA
Sumber :
  • Kemendikbud

Cerita Kita – Miris nasib seorang siswi sekolah dasar di Brebes, Jawa Tengah, dikeluarkan dari sekolah, tanpa kesalahan yang diperbuat. Pihak sekolah dinilai arogan karena mengeluarkan keputusan sepihak tanpa alasan.

Pihak sekolah SD Negeri Kedungoleng 01 Paguyangan, Brebes mengeluarkan Edlyn Nur Alesha, siswi kelas 2 di SD tersebut dikeluarkan dari sekolah melalui keputusan kepala sekolah.

Melalui SK Kepala Sekolah SDN Kedungoleng 01 tanggal 7 Juni 2024, nomor 422.2/045/2024 tentang Penyerahan Kembali Siswa Kepada Orangtua, siswi kelas 2 ini resmi dinyatakan bukan murid SD tersebut.

Dalam SK disebutkan, alasan sekolah mengeluarkan pelajar ini karena orang tua Edlyn Nur Alesha berulang kali melakukan tindakan yang melecehkan dan merendahkan institusi sekolah, memprovokasi wali murid lain, menentang program sekolah dan lainnya.

Bahkan, dalam SK yang dikeluarkan pihak sekolah, orang tua murid sudah merasa tidak nyaman untuk menyekolahkan anaknya di SDN Kedungoleng 01.

Nisrina Nur Ariqoh, orang tua Edlyn Nur Alesha kepada awak media, membenarkan anaknya telah dikeluarkan dari sekolah.

Dia mengungkap, tindakan sepihak tersebut didasari dendam pribadi kepala sekolah. 

"Ini karena dendam pribadi kepala sekolah ke saya. Gara gara saya sering mengkritisi di medsos ataupun grup WA sekolah," kata Nisrina, Minggu, 8 Juni 2024.

Akibat sikap kritisnya itu, Jumat pagi kemarin, Nisrina dan anaknya dipanggil kepala sekolah dan dimarahi. Dalam pertemuan itu, kepala sekolah mengatakan mengeluarkan Edlyn dari sekolah SD Negeri Kedungoleng 01.

"Kemarin saya dipanggil dan dimarahi. Kepala sekolah marah dan mengatakan anak saya akan dikeluarkan hari ini juga. Saya kemudian minta maaf dan mohon agar anak saya diberi kesempatan untuk testing dan akan pindah setelah test, tapi ditolak," ungkap Nisrina.

Sementara Kepala SD Negeri Kedungoleng 01 Muslikha mengakui, bahwa dikeluarkan siswi tersebut, berawal dari grup WhatsApp terkait jadwal penilaian akhir tahun. 

"Harusnya wali murid itu tanya ke saya bukan ke grup wali murid. Terus ada kata-kata yang membuat sakit hati," pungkasnya.