Bahlil Blak-Blakan soal Gas Melon: Subsidi Negara Berpotensi Tak Tepat Sasaran Hingga Rp26 Triliun

Menteri Bahlil Sidak Gas Melon ke Pangkalan di Riau
Sumber :

Jakarta â€“Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia akhirnya buka-bukaan soal polemik distribusi Liquified Petroleum Gas (LPG) 3 Kg yang ramai dibahas selama sepekan terakhir. Bahlil menegaskan harus mengambil kebijakan agar pengecer dijadikan sub pangkalan karena melihat kerugian yang besar dari gas melon yang telah disubsidikan negara.

Bahlil menjelaskan bahwa negara selama ini telah mensubsidi tiga kebutuhan energi untuk rakyat Indonesia: BBM, listrik, dan gas LPG. Untuk gas LPG sendiri, dalam satu tahun negara mensubsidi hingga 87 triliun rupiah. 

"Perintah Presiden Prabowo ke semua orang di kabinet adalah memastikan uang negara satu sen pun harus pasti sampai ke masyarakat. Penggunaannya harus tepat sasaran sampai ke rakyat. Apalagi LPG ini menyangkut hajat hidup orang banyak," kata Bahlil dalam agenda "One on One Bersama Bahlil Lahadalia Menteri ESDM" yang diselenggarakan oleh Tv One pada Jum'at malam

Bahlil lanjut bercerita, saat awal menjabat sebagai menteri, ia mendapat sejumlah laporan dari aparat penegak hukum dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bahwa program subsidi ini rentan terjadi kerugian jika tidak dilakukan penataan distribusi dan harga yang lebih jelas. 

Bahlil menjelaskan, dengen subsidi yang diberikan oleh negara sebesar Rp36.000, harga gas melon per tabung itu menjadi Rp12.000. Dengan harga awal tersebut, Pertamina membawa gas melon ke agen dengan harga Rp12.750. 

Selanjutnya, kata Bahlil, dari agen ke pangkalan, harga pertabung seharusnya maksimal hanya Rp15.000. Selama ini, pemerintah bisa memantau langsung proses distribusi dari agen ke pangkalan karena memang terlacak oleh aplikasi, yang artinya sudah tertata dengan baik oleh sistem.

"Nah, dari pangkalan ke pengecer ini yang enggak ada sistem, enggak ada aplikasi yang bisa memantau. Yang terjadi, seharusnya rakyat maksimal membeli satu tabung seharga Rp18.000 sampai Rp19.000. Tapi fakta di lapangan, ada yang beli sampai Rp25.000 atau Rp30.000," kata Bahlil.