Rangkul Keberagaman, Kementan Gelar Grand Final YAA 2025

Dok. Istimewa
Sumber :

Bogor – Sebagai langkah strategis dalam mengakselerasi regenerasi petani, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) menyelenggarakan Grand Final Young Ambassador Agriculture (YAA) Tahun 2025. 

Ajang bergengsi dalam payung Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) ini menjadi wadah bagi generasi muda untuk terlibat dalam pembangunan sektor pertanian nasional, dan digelar secara inklusif tanpa membedakan latar belakang suku, agama, maupun kondisi fisik.

Peningkatan jumlah petani muda menjadi salah satu fokus Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, dalam mendorong generasi muda agar terjun ke bidang pertanian. Ia yakin, di tengah bonus demografi yang mencapai 52 persen usaha pertanian akan baik menjadi pelaku usaha modern berbasis teknologi, pertanian Indonesia bisa berkontribusi besar dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

“Ada bonus demografi 52 persen. Ada sumber daya alam melimpah, ada teknologi buatan anak bangsa,” ujarnya.

Kepala BPPSDMP Kementan, Idha Widi Arsanti, menyampaikan bahwa Program YESS hadir untuk mempercepat proses regenerasi petani. Ia menegaskan bahwa jika negara tidak menyiapkan generasi muda untuk masuk ke sektor pertanian, maka akan terjadi kekosongan pelaku usaha tani di masa depan.

“Petani tua akan berkurang secara alamiah, dan tanpa regenerasi yang dirancang dengan baik, kita bisa kehilangan keberlanjutan,” ujarnya.

Senada, Kepala Pusat Pendidikan Pertanian sekaligus Direktur Program YESS, Muhammad Amin, menegaskan pentingnya acara ini sebagai wadah generasi muda untuk berkontribusi aktif dalam sektor pertanian dan mempromosikannya secara luas.

“Tujuan utama dari acara Young Ambassador Agriculture ini adalah mendorong generasi muda agar terlibat langsung dalam pembangunan pertanian sekaligus menjadi agen promosi pertanian kepada masyarakat luas,” kata Amin.

Acara ini bukan hanya merangkul keberagaman, tetapi juga menyambut inklusivitas dengan membuka ruang bagi penyandang disabilitas. Salah satu peserta, Rahmadi, petani pepaya dari Tanah Laut, Kalimantan Selatan, membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukan hambatan untuk maju. “Alhamdulillah, tidak ada perbedaan antara saya dengan peserta lain,” ujarnya.

Sejak mendapatkan hibah dari Program YESS pada 2023 berupa bibit pepaya Hawai, uang tunai, dan obat-obatan, usaha Rahmadi berkembang pesat. Ia membentuk kelompok tani beranggotakan 30 orang untuk mempermudah akses pupuk bersubsidi. “Sekarang banyak yang ikut-ikut. Kalau mau ditambah, bisa sampai ratusan yang ingin bergabung,” tuturnya.

Rahmadi juga aktif mendorong teman-teman disabilitas agar percaya diri dan bergabung dengan Program YESS. “Harapan saya, teman-teman disabilitas tetap semangat. Jangan sampai kita menadahkan tangan, walau keadaan kita seperti ini,” pesannya.

Semangat serupa juga datang dari Anggi Apriningsih (27), petani milenial asal Banyuwangi, Jawa Timur, yang membudidayakan jamur tiram dari hulu ke hilir. Ia mengaku proses pendaftaran YAA 2025 sangat mudah berkat dukungan panitia yang selalu siap memberikan arahan. “Harapan saya bisa menjalin relasi, karena dalam bisnis, relasi itu penting,” kata Anggi.

Brigita Debora Hisage, perwakilan dari Papua, mengaku bangga atas proses seleksi yang dilakukan secara transparan dan adil. “Tidak ada pembeda dari timur sampai barat,” ujarnya.

Brigita yang menjalankan usaha ayam petelur dan hortikultura berharap dapat mewakili Papua dalam mengembangkan sektor pertanian. “Semoga saya bisa menginspirasi teman-teman muda Papua untuk mencintai pertanian. Karena pertanian itu keren,” katanya penuh semangat.

Kisah perjuangan para finalis Young Ambassador Agriculture (YAA) 2025 terukir sejak awal Maret. Dibuka dengan pendaftaran daring yang menarik 615 orang pendaftar, seleksi demi seleksi dilalui dengan gigih.  Hingga akhirnya, 50 nama terbaik berkompetisi membuktikan diri di Grand Final untuk menjadi Young Ambassador Agriculture.