Memahami Fakta dan Mitos Diabetes Pada Anak, Benarkah Bisa Sembuh?

Diabetes pada anak
Sumber :
  • Pexels / Alexander Dummer

Cerita KitaDiabetes adalah salah satu penyakit yang dapat menyerang siapapun, salah satunya pada anak. Seorang anak yang menderita penyakit diabetes, memiliki beberapa gejala yang perlu diketahui oleh orang tua agar dapat segera dilakukan tindakan penanganan.

Emak-emak Tolak Maafkan Anaknya yang Diciduk Polisi Gegara Tawuran: Capek Tau!

Gejala penyakit diabetes tidak selalu sama dirasakan oleh setiap anak. Dari data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), angka penyakit diabetes pada anak yang berusia 0-18 tahun di Indonesia mengalami peningkatan hingga lebih dari 1000 kasus dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

Secara umum berdasarkan penyebabnya penyakit diabetes terbagi menjadi dua tipe yaitu, diabetes tipe 1 dan 2. Cerita kita mengutip dari berbagai sumber, diabetes tipe 1 biasanya lebih sering menyerang anak-anak hingga remaja.

Marak Ayah Lakukan Pelecehan Seksual ke Anaknya hingga Hamil, Bagaimana Hukumnya?

Akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada bayi, balita, dan orang dewasa. Anak yang mengidap penyakit diabetes tipe 1, hanya bisa menghasilkan sedikit atau bahkan tidak menghasilkan hormon insulin.

Akibatnya, kondisi tersebut dapat menjadikan kadar gula darah meningkat sehingga bisa merusak organ serta jaringan tubuh.

Diplomat AS Diserang Penyakit Misterius Sindrom Havana, Rusia Tertuduh

Diabetes tipe 1 terjadi akibat kelainan autoimun, dimana sistem kekebalan tubuh seorang anak merusak pankreas sehingga fungsinya menjadi terganggu.

Namun hingga kini belum diketahui secara pasti penyebab penyakit diabetes tipe 1, namun ada faktor risiko yang bisa dikenali. Diantaranya karena genetik, riwayat infeksi virus, atau pola makan yang kurang sehat.

Sementara penyakit diabetes tipe 2, disebabkan oleh resistensi insulin atau kondisi sel tubuh anak kesulitan menggunakannya untuk memanfaatkan gula darah sebagai energi.

Biasanya diabetess tipe 2 rentan terjadi pada anak yang usianya di atas 10 tahun atau remaja. Tetapi faktor risiko yang dapat membuat anak rentan mengalaminya seperti berat badan berlebih, kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi gula dan lemak, atau kurang aktif bergerak, hingga bawaan atau genetik.

Lalu apa saja fakta dan mitosnya?

Dari keterangan dr. Lucy Amelia, SpA, MKes melalui Hidup Sehat tvOne, ada beberapa hal yang menjadi fakta maupun mitos soal penyakit diabetes.

1. Kurangnya aktivitas fisik

Selain makanan dan minuman manis, kurangnya aktivitas fisik juga sangat memicu diabetes pada anak. Hal ini karena tubuh memproduksi hormon insulin yang berfungsi mengubah gula darah menjadi energi. Jadi aktivitas fisik sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan.

2. Anak perempuan lebih beresiko terkena diabetes

Disebutkan bahwa penderita diabetes melitus jumlahnya dikatakan seimbang, dan hal ini merupakan mitos karena tidak ada faktor risiko yang mempengaruhi secara khusus. Artinya tidak ada perbedaan antara anak perempuan dan laki-laki yang lebih berisiko.

3. Rasa haus dan lapar yang berlebihan

Jika kondisi seorang anak dalam keadaan biasa sering merasa haus ataupun lapar, maka hal ini perlu diperhatikan karena dapat menjadi salah satu gejala diabetes.

Meskipun anak mengalami gejala sedemikian rupa, tetapi orang tua perlu mengkonfirmasinya dengan melakukan pemeriksaan ke dokter.

4. Penurunan berat badan tidak disengaja

Hal ini bisa menjadi salah satu fakta jika tidak ada penyakit khusus yang mendasari tubuh seorang anak. Tetapi yang perlu diingat bahwa, penurunan berat badan ini tidak terjadi secara cepat.

Tips menghindari penyakit diabetes

1. Olahraga bersama

2. Mengkonsumsi makanan yang sehat

3. Apabila sudah memiliki gejala maka segera konsultasikan dengan dokter

4. Memperbaiki pola makan

5. Istirahat yang cukup

Lebih lanjut, dijelaskan bahwa penyakit diabetes tipe 1 adalah suatu penyakit seumur hidup. Sehingga perlu diberikan suntikan insulin bagi penderitanya. 

Sedangkan untuk diabetes tipe 2, bisa diperbaiki dengan pola hidup lebih sehat. Orang tua juga diajarkan untuk memeriksa gula darah dan tanda vital lainnya pada anak untuk membuat kualitas hidup lebih optimal.