Mengenali Watak Seorang Lewat Buku Firasat Karya Muhammad Imam Fakhruddin ar-Razi
- @akupemimpin2/instagram
Cerita Kita –Bisa dikatakan bahwa buku ini memang tidak terlalu relevan dengan bahasa tubuh di jaman modern hari ini. Sebab banyak buku lainnya yang membahas soal Kepribadian seseorang lewat bentuk tubuh yang lebih update.
Namun legitimasi buku ini tidak perlu diragukan lagi. Mengingat nama penulis, Imam Fakhruddin Ar-Razi merupakan Ulama besar yang menulis buku tersebut di abad ke-12 M. Kitab Firasat Karya Imam Fakhruddin ar-Razi selama ini menjadi referensi bagi orang-orang untuk mengenal atau mengetahui kepribadian seseorang lewat bentuk dan bahasa tubuh.
Dalam kitab ini dibahas secara lengkap soal Ilmu Fisiognomi (firasat) yang diperlukan dalam berbagai bidang seperti psikologi maupun ahli biologi. Setidaknya ada 3 bab yang menjadi topik bahasan dari kitab ini. Hanya saja poin-poin yang dibahas banyak diulang dalam ketiga bab tersebut tetapi dengan peruntukkan yang berbeda-beda.
Ketiga bab tersebut berisi beberapa pembahasan, yakni di bab pertama, membahas tentang kepribadian (mizaj) dan firasat, bab kedua membahas tentang keutamaan mempelajari ilmu firasat menurut al-Qur’an, sunnah, serta logika. Sedangkan bab ketiga membahas soal pembagian ilmu firasat.
Namun secara garis besar, pembahasan yang diulas berupa akar dari sifat dan karakter seseorang lewat. Untuk mengenal karakter atau kepribadian seseorang bisa dilihat dari ciri-ciri yang terdapat dalam diri manusia. Bisa berdasarkan dari jenis suara, rupa seseorang, perbedaan gender, dilihat dari pribadi seseorang yang sudah diketahui, maupun dilihat dari kemiripan bentuk fisiknya makhluk lain seperti hewan.
Selain itu Imam Fakhruddin ar-Razi juga menerangkan Firasat sendiri merupakan sebuah intuisi seseorang berdasarkan kondisi batin yang muncul karena adanya ciri-ciri yang tampak dan terjadi diluar. Firasat sendiri terbagi menjadi dua, yaitu firasat yang secara mendadak timbul tanpa adanya proses berfikir tentang tanda-tanda pada diri seseorang.
Firasat yang kedua terjadi saat mencoba untuk membaca sifat seseorang baik melalui bentuk fisik maupun pembawaan seorang individu. Hanya saja, dalam kitabnya, Ar-Razi mengecualikan firasat yang pertama karena dianggap condong kearah mistis. Sehingga ia lebih mengulas firasat jenis kedua lebih detail sebab lebih bisa diterima secara logika.