Budayawan: Penguatan Karakter Bangsa Fondasi Utama SDM Indonesia
- Tangkapan Layar youtube Fadli Zon
Jakarta – Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul Indonesia membutuhkan fondasi kokoh berupa karakter dan jati diri bangsa. Apalagi arus globalisasi dan perkembangan teknologi informasi saat ini begitu deras.
Maka penguatan karakter bangsa bukan hanya sekadar kebutuhan, tetapi juga menjadi prasyarat bagi keberlanjutan eksistensi dan daya saing Indonesia di kancah global.
Demikian ditegaskan budayawan sekaligus praktisi seni Jose Rizal Manua saat ditemui beberapa waktu lalu di Sanggar Budayanya di Jakarta.
“Dan Indonesia, dengan keragaman budayanya, memiliki kekayaan luar biasa yang dapat dimanfaatkan untuk memperkuat karakter dan jati diri sebagai sebuah bangsa sejak dini. Ini modal bagi generasi muda untuk melanjutkan pembangunan,” kata Jose Rizal, dikutip Senin, 30 Desember 2024.
Pentingnya penguatan karakter bangsa sejak dini, katanya, semakin mendesak mengingat tantangan yang dihadapi oleh Indonesia saat ini, baik dari aspek ideologis, sosial-budaya, maupun teknologi informasi.
Fenomena seperti rendahnya pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila, meningkatnya intoleransi, hingga penyebaran hoaks dan disinformasi, menunjukkan perlunya langkah strategis untuk mengatasi dinamika ini.
Dirinya pun mengapresiasi Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), yang diinisiasi pada tahun 2014. Menurutnya gerakan ini menjadi gerakan kebangsaan yang mampu melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Sejak dicanangkan, GNRM dinilai menunjukkan hasil khususnya melalui lima gerakan utamanya yaitu Indonesia Melayani, Bersih, Tertib, Bersatu, dan Mandiri.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), seluruh dimensi gerakan pada Indeks Capaian Revolusi Mental (ICRM) 2023 naik menjadi 73,82 dari 70,47 pada 2021, atau meningkat 3,34 poin. Meski begitu, kenaikan tersebut masih dalam kategori "Cukup".
Pembentukan 514 Gugus Tugas GNRM di kabupaten/kota pun menunjukkan soliditas jejaring GNRM. Aksi-aksi nyata juga timbuh dan tersebar di 34 provinsi, yang menjadi bukti bagaiman partisipasi aktif pemerintah daerah dan masyarakat terbentuk.
Namun, tantangan yang dihadapi tidaklah ringan. Di era digital misalnya dimana media sosial menjadi pedang bermata dua. Satu sisi mampu mempercepat arus informasi, namun di sisi lain bisa menjadi medium penyebaran hoaks, radikalisme, dan polarisasi masyarakat.
Selama 2023, Kementerian Komunikasi dan Informatika yang saat ini telah berganti menjadi Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) tercatat menangani sebanyak 1.615 konten isu hoaks yang beredar di website dan platform digital.
Total sejak bulan Agustus 2018 hingga Januari 2024, sudah 12.547 konten isu hoaks diturunkan oleh Kemkomdigi. Berdasarkan kategori, isu hoaks paling banyak berkaitan dengan sektor kesehatan.
Kemkomdigi menemukan sebanyak 2.357 isu hoaks dalam kategori kesehatan. Sementara isu hoaks yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah dan penipuan juga tercatat paling banyak ditemukan pada urutan kedua, yaitu masing-masing 2.210 isu pemerintahan dan penipuan.
Belum lagi konten-konten yang terkait radikalisme atau ujaran kebencian yang tidak sedikit mampu memantik reaksi masyarakat untuk saling benci. Tercatat sepanjang 2024, Kemkomdigi Bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memblokir sebanyak 180.954 konten bermuatan intoleransi, radikalisme, ekstremisme, dan terorisme di ruang siber.
Sebagian besar konten tersebut merupakan propaganda dari jaringan teroris seperti ISIS, HTI, dan JAD yang secara aktif menyebarkan ideologi kekerasan melalui platform digital.
Angka-angka tersebut menurut Jose menunjukkan mental-mental masyarakat yang masih rentan terpengaruh untuk kemudian melakukan tindakan negatif. Maka tidak ada kata lain, mental diri sebagai anak bangsa yang walau berbeda tapi tetap satu dalam bingkai Negara Kesatuan RI (NKRI) harus kembali diperkuat, bahkan sejak dini.
Transformasi GNRM Menuju Penguatan Karakter Bangsa dan menurutnya penguatan karakter bangsa tersebut harus dimulai dari pelestarian kesenian dan bahasa Indonesia.
“Teater adalah contoh terbaik di mana berbagai unsur seni berkolaborasi untuk menciptakan nilai-nilai yang dapat memperkuat jati diri bangsa,” ujarnya.
Dalam teater, terdapat lima unsur seni — sastra, seni peran, seni tari, seni musik, dan seni rupa — yang tidak hanya memperkaya pengetahuan seni tetapi juga membangun kepribadian seseorang.
Melalui teater anak-anak, yang sering mengangkat tema perjuangan sejarah Indonesia, nilai-nilai nasionalisme dapat ditanamkan sejak dini.
“Kesenian adalah sarana efektif untuk memperkuat rasa persatuan dan membentuk karakter bangsa yang lebih baik,” tambahnya.
Jose Rizal juga menekankan pentingnya bahasa Indonesia sebagai simbol identitas nasional. Bahasa Indonesia, yang telah diterima di berbagai negara seperti Prancis dan Australia, memiliki peran strategis dalam menyatukan bangsa.
Namun, ia juga menyoroti fenomena penggunaan bahasa asing yang semakin populer di kalangan pejabat dan masyarakat.
“Sebagai bangsa, kita harus menjaga keaslian bahasa kita agar identitas budaya tetap terjaga,” tegasnya.
Meningkatnya kasus intoleransi, degradasi nilai gotong royong, dan semakin mendalamnya polarisasi masyarakat merupakan tantangan besar dalam menjaga harmoni sosial.
Jose Rizal menilai bahwa pendidikan karakter berbasis seni dan kearifan lokal dapat menjadi solusi efektif. “Pendidikan formal berbasis psikologi, sosiologi, dan antropologi lebih efektif dalam membentuk karakter dan kepribadian anak-anak,” jelasnya.
Melalui pengenalan seni tradisional, anak-anak tidak hanya mengenal budaya mereka tetapi juga belajar nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong. Jose Rizal berharap pertunjukan teater, seperti yang digelar pada 29 Desember 2024 di Teater Gubah Jakarta, dapat menginspirasi masyarakat untuk lebih mencintai seni dan budaya Indonesia.
Melihat tantangan yang ada, transformasi GNRM menjadi program Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa menjadi langkah strategis yang sejalan dengan visi Presiden dan Wakil Presiden terpilih 2024-2029.
Program ini mengintegrasikan delapan pilar utama: Pancasila, Bahasa Indonesia, Sistem Pendidikan Nasional Berkarakter, Kearifan Lokal, Sejarah Bangsa, Wawasan Kebangsaan, Sistem Sosial Budaya, dan Pembangunan Ekonomi Berkeadilan.
Untuk mempercepat transformasi ini, aktivasi komunikasi publik melalui media elektronik menjadi krusial. Diseminasi informasi yang tepat dapat membangun narasi positif, mendorong partisipasi masyarakat, dan menguatkan identitas nasional di tengah perubahan sosial.
Penguatan karakter dan jati diri bangsa adalah investasi jangka panjang untuk memastikan Indonesia tetap kokoh di tengah arus globalisasi.
Dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat, memperkuat kesenian dan bahasa, serta menjalankan transformasi GNRM, Indonesia dapat mencetak SDM unggul yang tidak hanya kompeten secara global tetapi juga berakar kuat pada nilai-nilai kebangsaan.
“Seni dan budaya adalah benteng terdekat untuk menjaga jati diri bangsa dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kita,” kata Rizal