Tradisi Unik Syawalan di Kota Semarang, Warga Berbagi Ketupat Jembut

Tradisi Ketupat Jembut atau Kupat Jembut di Semarang
Sumber :
  • VIVA

Cerita Kita –  Warga di pinggiran Kota Semarang memiliki tradisi unik saat memeriahkan Syawalan atau hari sepekan setelah Idul Fitri (lebaran). Warga di Jalan Pedurungan Tengah, Kota Semarang, berkumpul setelah Salat Subuh untuk saling berbagi ketupat jembut atau kupat jembut.

Nama kudapan unik kupat jembut merupakan ketupat beras yang dibelah tengannya kemudian diisi dengan tauge di dalamnya. Dinamakan kupat jembut karena karena bentuk tauge yang keluar dari ketupat menyerupai rambut kemaluan.

Tradisi ini banyak diminati anak-anak karena di dalam ketupat diselipkan sejumlah uang. 

Plesetan nama ini menjadi ciri khas dan candaan dalam tradisi Syawalan di Semarang. Meskipun terkesan jorok, warga Semarang tidak bermaksud negatif atau menghina tapi memiliki makna filosofi sederhana, rendah hati, dan tidak sombong.

Tradisi Ketupat Jembut atau Kupat Jembut di Semarang

Photo :
  • Tangkapan layar

Dilansir VIVA, Munawir, salah seorang warga Jaten Alit menyebut tradisi kupat jembut sudah mengakar di Jaten, Pedurungan sejak puluhan tahun lalu atau 1950 silam.

Dulunya, ada pasangan suami-istri sesepuh kampungnya yang merupakan pelopor tradisi kudapan kupat jembut saat merayakan Syawalan. Keduanya berasal dari Demak kemudian menetap di Pedurungan, Semarang.