Hari Kesehatan 2024, Presiden Prabowo Didorong Tuntaskan Polemik Konsil Kesehatan Indonesia

Presiden Prabowo
Sumber :

Bahkan Presiden Prabowo yang menulis dalam Buku Kepemimpinan Militer (2020): “Prajurit Anda akan setia kepadamu, kalau Anda setia kepada mereka. Pemimpin sejati selalu berusaha untuk membela dan mengutamakan kepentingan anak buahnya.” 

Banyak pemimpin yang bila terjadi keadaan yang tidak menguntungkan dirinya, dengan cepat mencari “kambing hitam” kepada bawahannya. Banyak pemimpin yang cenderung selalu mencari kesalahan anak buahnya kalau keadaan kacau. Tapi, kalau ada keberhasilan dari anak buahnya, mereka sering lebih dulu tampil dan mengaku dirinya yang paling berjasa. Pemimpin sejati selalu berusaha untuk membela dan mengutamakan kepentingan anak buahnya. 

"Tapi, kenapa ini terjadi pada Nakes KTKI-P yang dibuang seperti SAMPAH oleh Menkes dengan berlindung pada peraturan tanpa ada mitigasi yang jelas?" ujar Pejuang Tenaga Kesehatan (nakes) Eks Timor-Timur, Muhammad Jufri Sade dan Baequni, dengan kesedihan mendalam. 

“Demi menegakkan rasa keadilan, semestinya PMK 12/2024 dan Kepres 69/M/2024 batal demi hukum. Agar tak jadi preseden buruk Lembaga Non Struktural di Indonesia”, pungkas Prof. Dr. H. Dailami Firdaus, SH., LL.M., MBA. Senator DKI Jakarta, Wakil Ketua Komite III DPD RI. "Indonesia Negara Hukum, Tidak bisa Kemenkes sewenang-wenang" ujar Senator Dailami. 

Muhammad Jufri Sade menyampaikan kesedihannya. “Kasus penghinaan yang saya alami dari Kemenkes ini adalah suatu penghinaan yang sangat jahat sepanjang hidup sebagai Abdi negara selama lebih 36 tahun,” ujarnya.

Dia mengatakan, selama 17 tahun,dirinya menjadi pejuang kesehatan di Timor Leste sejak 1983. Masih ingat dengan dengan jelas, ketika akhirnya karena keputusan politik pasca jejak pendapat, tahun 1999 Timor Timur melepaskan diri dari NKRI. 

“Kami semua menyaksikan turunnya bendera merah putih dengan rasa kesedihan yang tidak bisa diungkap dengan kata-kata. Kami semua PNS aparat pemerintah, berlinang air mata, menangis tanpa bisa berbuat apa-apa karena sadar ini adalah keputusan politik. Terasa hampa, pengabdian kami selama lebih kurang 17 tahun di Timor-Timur,” ujarnya