Seperti Kota Mati, Kondisi Kampung yang Ada di Depok Ini

Bak Kota Mati, Kampung Bulak Barat, Cipayung Kota Depok
Sumber :
  • VIVA

Cerita Kita – Kisah kota mati, atau kampung mati, lazimnya karena kawasan itu ditinggal oleh warganya, hingga menyisahkan bangunan-bangunan berupa rumah yang tak terawat lagi. Biasanya itu terjadi karena kondisi geografis kampung yang berbahaya, seperti retakan atau pergeseran tanah yang mengancam kehidupan warganya.

Warga Kampung Sawah Tolak Keras Keberadaan Helen's Night Mart

 

Kisah kampung mati kali ini, justru ada di Kota Depok, Jawa Barat. Tidak jauh dari Jakarta. Kampung mati ini bukan karena ditinggal oleh warganya, tidak. Tetapi karena banjir menggenang berbulan-bulan lamanya, sehingga aktivitas warga tidak bisa melalui kawasan itu. Termasuk penduduknya yang berada di sana. Lokasinya ada di Kampung Bulak Barat RT 04 RW 08 Kelurahan Cipayung, Depok.

Tuntaskan Aspirasi Warga, Elnusa Petrofin Bersihkan Area Dekat Pemukiman

 

Dilansir dari VIVA, akses jalan yang menghubungkan Kampung Bulak Barat dengan Pasir Putih Sawangan, terputus. Itu karena genangan banjir yang melebihi 1 meter dan tidak pernah surut. Kondisi ini membuat tidak ada aktivitas warga, hingga dijuluki sebagai kota mati, atau kampung mati.

Program Mudik Gratis Pemprov Jateng dan Aqua, Warga: Sangat Membantu

 

 

Tiga rumah warga yang ikut terendam dari banjir tersebut. Termasuk satu pabrik tahu. Bahkan pabrik itu harus tutup lantaran akses ke lokasi tidak bisa dilalui. Banjir yang menggenani ini, bukan baru terjadi. Tetapi kondnis in sudah dialami warga sejak beberapa bulan lalu.

 

"Hampir 4 bulanan, banjir terus. Kadang surut kadang naik, tapi sudah nggak bis buat lewat selama 4 bulan," kata Anis, salah satu warga, dikutip dari VIVA.

 

Warga yang menjadi korban banjir itu ada juga yan memilih meninggalkan tempat tinggal mereka. Ini membuat kawasan itu bak kota mati. Warga tidak bisa lewat, karena akibat banjir ini membuat mereka harus memutar jauh untuk ke Pasir Putih Sawangan.

 

Saat Ramadan lalu, banjir yang debit airnya sangat tinggi hingga mencapai 3 meter. Kondisi ini membuat warga dirugikan. Air ini banjir ini berasal dari Kali Pasanggarahan yang meluap karena danya pendangkalan pasca longsor yang terjadi di TPA Cipayung.

 

Naserih, Ketua RT di wilayah tersebut menjelaskan air banjir ini karena saluran air di bawah jembatan yang tersumbat. Awalnya lebar sungai itu 4 meter, sekarang sisa 1 meter, karena adanya longsoran sampah di TPA Cipayung.

 

Warga sudah lama mengeluhan hal ini. Pemerintah Kota Depok diminta untuk memperhatikan kondisi warganya tersebut. Apalagi sudah berlangsung lama. Naserih mengatakan, harusnya jalur air diperluas, maka otomatis air akan surut. Sebab pemicu utamanya adalah sampah yang longsor tersebut.

 

Pihaknya sudah melaporkan ke pemerintah Kota Depok. Sayangnya, belum ada tindakan apapun. Padahal, banjir ini sudah berlangsung sejak 2023 lalu.

 

"Dari lurah sampai wali kota sudah tahu semua, tinggal penyelesaian. Warga merasakan dirugikan karena ini jalur lintas tembus ke Pasir Putih. Akses jalan ini sudah lama nggak bisa dilalui karena ini jalur alternatif warga," katanya.

 

"Menjadi kawasan mati setelah banjir karena akses terputus sejak banjir September 2023," lanjutnya.