Action List Untuk Menghadapi Anak Yang Sedang Tantrum
- EKATERINA GONCHAROVA VIA GETTY IMAGES
Cerita Kita –Tantrum ialah bagian dari fase pertumbuhan pada anak berupa luapan emosi dengan ditandai perilaku anak seperti menangis kencang, menjerit-jerit, berteriak, mengamuk, marah hingga melempar barang-barang disekitarnya.
Umumnya hal ini terjadi pada anak usia 1-3 tahun yang disebabkan karena keterbatasan anak dalam mengungkapkan perasaannya lewat kata-kata. Keadaan balita yang belum bisa mengungkapkan apa yang ia inginkan dan rasakan akhirnya tersalurkan lewat sikap anak yang keras kepala. Beberapa penyebab lain terjadinya tantrum karena gangguan psikologis seperti autisme.
Namun frekuensi tantrum pada anak akan semakin menurun seiring dengan berkembangnya kemampuan anak dalam berkomunikasi. Ketika menghadapi anak Tantrum, baiknya orang tua tidak langsung marah dan ikut kesal. Orangtua dapat menerapkan langkah-langkah berikut untuk menghadapi Emosional anak :
1. Orangtua Bersikap Tenang
Keinginan anak yang tidak terwujud bisa menjadi faktor anak melakukan tindakan yang tidak menyenangkan, baik itu ditempat umum maupun pada saat dirumah. Dalam kondisi tersebut orang tua sebaiknya tidak panik, tidak ikut marah, apalagi kasar dan harus tenang.
Jangan memaksa anak berhenti menangis. Biarkan ia meluapkan dan mengenali emosinya sehingga ia dapat belajar untuk mengontrol emosinya dengan baik.
2. Pindahkan Anak Ke Tempat Yang Lebih Aman
Aman disini adalah tempat yang tidak membahayakan anak saat ia meluapkan emosinya. Beri ia ruang untuk menangis, meronta dan lain sebagainya. Tapi orangtua tetap mengawasi anak, jangan melepas pandangan agar mencegah si kecil melakukan hal-hal berbahaya seperti menggigit jari, membenturkan kepala serta jauhkan dari benda-benda yang bisa mengancam keselamatan si kecil.
3. Memeluk Anak
Ketika anak tantrum, peluklah ia untuk membantu menenangkan dan mencegah melakukan hal-hal berbahaya. Akui perasaan sang anak dengan cara mendekapnya dan memperlakukannya dengan lembut. Jaga reaksi orangtua supaya tidak memicu kemarahan si kecil.
4. Ketahui Penyebab Anak Tantrum
Ketika emosinya mulai reda, cobalah berkomunikasi dengan perlahan dan jelas. Bantu ia menjelaskan perasaannya dengan menanyakan penyebab ia marah. Tanyakan apa yang dirasakan dan pancing dengan pertanyaan seperti 'adek marah ya?' 'adek kesal ya sama mama?'. Jika ia mengiyakan pertanyaan tersebut, berarti ia sudah bisa mengenali dan mengakui apa yang dirasakan. Baru kemudian tanyakan pelan-pelan apa yang membuatnya bersikap seperti itu untuk mengetahui penyebab anak tantrum dan membantu orangtua mengatasinya.
5. Jangan Menuruti Semua Keinginan Anak
Tidak baik terlalu sering menurut kemauan si kecil untuk meredam tantrumnya. Sebab, sang anak akan belajar untuk menjadikan perilaku tantrum tersebut sebagai ancaman jika kemauannya tidak dikabulkan.
Jika kondisi orang tua tidak memungkinkan untuk memberikan apa yang diinginkan anak, misalnya si kecil meminta mainan tetapi orang tua tidak punya uang, maka cobalah untuk memberikan penjelasan secara perlahan. Orangtua juga bisa memberikan tawaran atau kegiatan lain sebagai gantinya.
6. Mendidik Anak Untuk Mengerti Aturan
Berikan anak pengertian dengan tegas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan supaya anak memahami berbagai aturan dalam kehidupan sehari-hari.
Jangan membiarkan kebiasaan tantrumnyasejak dini karena dapat membuat anak menjadikan perilaku tantrum sebagai senjata untuk memperoleh apa yang diinginkan.