Jejak Tradisi THR Lebaran Idul Fitri dan Maknanya di Indonesia

Tunjangan Hari Raya
Sumber :
  • Pexels / Robert Lens

Cerita KitaTunjangan Hari Raya alias THR yang sering disebut oleh masyarakat Indonesia rupanya menyimpan jejak tradisi yang perlu diketahui. THR sendiri menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan dengan momen lebaran Idul Fitri.

Seperti halnya jelang Idul Fitri yang tinggal menghitung hari saja, THR banyak dibicarakan oleh mereka yang bekerja sebagai karyawan dan lain sebagainya. Tentu kesempatan ini sangat dinantikan karena merupakan sebuah hal yang wajib diberikan oleh perusahaan atau tempat bekerja.

Lebaran Idul Fitri yang euforianya sangat dirasakan di Indonesia menandai bahwa bulan suci Ramadhan juga berakhir. Biasanya hari raya umat Islam ini dimanfaatkan untuk mereka yang merayakan dengan berkumpul bersama keluarga dan orang terdekat.

Namun sebelum menginjak lebih jauh lagi, apakah kamu para penerima THR sudah mengetahui jejak sejarah tradisi ini?

Cerita kita mengutip dari beragam sumber, THR atau Tunjangan Hari Raya adalah sebuah tradisi yang dihargai di Indonesia karena di dalamnya mencerminkan banyak nilai. Diantaranya kedermawanan, semangat, dan perayaan.

Mulanya pada tahun 1951 seorang Perdana Menteri yaitu Soekiman yang pada saat itu menjabat, memberikan tunjangan kepada Pamong Pradja (PNS) berupa uang pinjaman awal. Tujuannya agar dapat mendorong kesejahteraan, tetapi uang tersebut nantinya harus tetap dikembalikan kepada Negara dalam bentuk pemotongan gaji pegawai di bulan berikutnya.

Barongsai Cetak Sejarah: Tradisi Jadi Prestasi di PON XXI 2024


Di tahun berikutnya kaum pekerja atau buruh memprotes sekaligus menuntut agar pemerintah memberikan tunjangan yang sama kepada mereka seperti Pamong Pradja (PNS). Dan pada 1954 akhirnya tuntutan atau permohonan para buruh terkabul.

Halaman Selanjutnya
img_title
Mengenalkan Gondang Oguang ke Dunia Melalui Residensi Budaya