Billy Mambrasar: Krisis Pupuk Mengancam Jika Produksi Gas Alam Tidak Meningkat
“Dalam mendukung Program Ketahanan Pangan Prabowo Subianto, Indonesia perlu menambah produksi pupuk dengan memanfaatkan gas alam nasional sebagai bahan bakunya secara maksimal, agar kita dapat meningkatkan kebutuhan pupuk dari suplai dalam negeri dan mengurangi impor” ucap Billy Mambrasar yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal dari Youth Energy & Environtment Council (YeC), sebuah komunitas muda nasional yang mengadvokasi isu-isu energi dan lingkungan.
Lebih lanjut, Billy menyampaikan pentingnya Kota Bontang yang merupakan kota utama yang memproduksi gas alam cair, yakni sekitar 31% dari total Produksi Gas Alam Nasional.
Sebagai informasi, bahan utama pembuatan pupuk adalah gas alam, dan industri pupuk menjadi sektor industri yang menggunakan input gas bumi paling besar dari dalam negeri.
Bahkan untuk sebuah pabrik pupuk, dapat menghabiskan biaya sebesar 58,48% dari total biaya produksinya hanya untuk membeli gas sebagai bahan bakunya.
Untuk saat ini penggunaan gas yang di produksi secara domestik untuk industry pupuk adalah sebesar 12,39% dari total produksi karena sebagaian besar gas masih dibutuhkan untuk kebutuhan energi.
Melihat hal tersebut, Billy Mambrasar yang pernah bekerja sebagai Insinyur di Perusahaan Migas Asal Inggris: BP, selama 10 tahun, menekankan potensi krisis dari suplai pupuk untuk pertanian nasional apabila suplai gas tidak diperkuat oleh pemerintah.
Menurut Billy, Krisis Pupuk akan terjadi apabila solusi strategis tidak dilakukan. Di Tahun 2024 saja, Indonesia masih kekurangan 3,4 Ton subsidi pupuk dimana subsidi pupuk dalam APBN mencapai Rp 40,68 Triliun untuk 7,3 ton dari total kebutuhan 10,7 Juta Ton.