Nelayan Sukawali tak Persoalkan Pagar Laut: Menjadi Budidaya Kerang Hingga Pagar Abrasi
Jakarta – Sejumlah nelayan di Desa Sukawali, Kecamatan Pakuhaji, mengaku tidak terganggu dengan keberadaan pagar laut. Keberadaan pagar laut banyak dimanfaatkan nelayan setempat untuk mencari ikan dan kerang saat tidak bisa melaut. Termasuk diharapkan bisa mengurangi abrasi.
Nelayan asal Desa Sukawali, Wasmin bin Calan, mengatakan, pagar laut sepanjang 7 km, yang masuk di wilayah Desa Sukawali dibuat masyarakat setempat, sekitar 2014 . “Awalnya hanya kecil-kecilan, hanya beberapa meter saja, terus tiba-tiba banyak yang membantu dari sana sini, saya kurang tahu dari mana,” kata Wasmin.
Dijelaskannya, pembuatan pagar tersebut dimaksudkan untuk budidaya kerang hijau, cumi cumi, maupun ikan. “Habitat ikan itu kumpulnya di situ. Jadi untuk sero (semacam rumpon). Kalau rumpon itu di tengah laut, kalau sero itu di pinggir,” jelas Wasmin.
Selain itu, lanjut Wasmin, ada kegelisahan warga soal abrasi yang terjadi di wilayahnya. Kata Wasmin, sebelumnya jarak jalan saya dengan bibir pantai sekitar 1.200 meter. Namun saat ini jaraknya hanya sekitar 500 meter saja.
“Tahun 1984 itu abrasinya sudah tinggi, per tahunnya itu yang kena abrasi sekitar 30 sampai 50 meter. Waktu itu pada masanya pak lurah Nasir ada pengukuran, jarak jalan raya dengan pantai itu 1.200 meter, itu dari tahun 1984. Sekarang itu jaraknya hanya sekitar 600-700 meter,” jelas Wasmin.
Adapun daratan yang tergerus abrasi tersebut, menurut Wasmin, dulunya berupa hutan bakau, api-api, maupun empang.
Mengenai beradaan pagar laut yang disebut dikeluhkan para nelayan, salah seorang nelayan asal Desa Sukawali, Kecamatan Pakuhaji, Harjo Susilo, mengatakan, untuk daerah lain ia mengaku tidak tahu. Namun untuk nelayan Sukawali sebenarnya tidak ada masalah.