Kelompok Suporter Tolak Politisasi isu Sepak Bola di Pilgub DKI 2024

Ilustrasi supporter sepak bola
Sumber :

Jakarta – Kelompok suporter klub sepakbola Perserikatan Sepak Bola Jakarta Utara (Persitara) NJ Mania meminta kontestasi pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 2024 untuk tidak mempolitasi isu sepakbola. Tidak hanya bagi para pasangan calon (Paslon) dan tim pemenangan, semua pihak diharapkan bisa menjaga kondusifitas serta tidak menarik sepakbola menjadi isu politik.

Momen Puluhan Ribu Massa di Kampanye Akbar Rudy Susmanto - Jaro Ade di Bogor

Ketua Umum NJ Mania, Parid mengatakan, merupakan hal wajar para kontestan politik melakukan pendekatan untuk mendapat dukungan dari berbagai pihak. Namun demikian, isu yang berkembang belakangan ini malah menjadikan sepakbola menjadi komoditas politik yang berpotensi memecah belah ekosistem sepakbola.

"Tidak salah setiap Paslon mencoba membangun relasi dan dukungan dari salah satu kelompok suporter klub besar. Yang jadi persoalan ketika ada politisasi dengan dikotomi identitas dan berpotensi memicu gesekan akar rumput," katanya.

Pilkada Papua Tengah, Elektabilitas Willem Wandik-Aloysius Giyai Tembus 65,6% versi Survei CNN

Ketua Umum NJ Mania, Parid

Photo :
  • -

Dijelaskan Parid, secara sosial dan psikologis, suporter umumnya memiliki karakter yang loyal dan militan. Tidak hanya loyal dan militan dalam memberi dukungan di pinggir lapangan, para suporter sepakbola merupakan pribadi yang menjadikan klub idolanya sebagai bagian dari identitas diri.

Hasil Survei LKPI: Elektabilitas Melki-Johni 46,4% Kalahkan Ansy-Jane dan Simon-Andreas

Dilanjutkan Parid, kebanyakan dari anggota suporter adalah anak muda yang secara psikologi masih dalam proses pencarian jati diri dan cenderung labil. Karena itu, membuat dikotomi yang tajam dan memancing emosi dengan isu perbedaan identitas klub secara serampangan akan rawan memicu konflik.

Dengan segala pertimbangan tersebut, mempolitisasi isu sepakbola menurut Parid akan berdampak luas dan berkelanjutan ke depannya. Tidak akan selesai saat kontestasi berkesudahan, dampak perpecahan yang timbul nantinya bakal menjadi akar persoalan dan kerawanan sosial baru.

Halaman Selanjutnya
img_title