Gus Miftah Soroti Pembubaran Ibadah di Sukabumi: Main Hakim Sendiri Tak Bisa Dibenarkan!
Ia menyerukan agar pemerintah, aparat, tokoh agama, dan masyarakat bersinergi untuk menciptakan solusi yang adil dan damai. Dialog dinilai bisa menjadi ruang untuk saling memahami kekhawatiran dan kebutuhan masing-masing pihak.
“Dengan mengedepankan dialog, kerja sama, dan keadilan, kita dapat menemukan solusi yang tidak hanya menyelesaikan masalah, tetapi juga memperkuat kohesi sosial dan harmoni di masyarakat,” ujarnya.
Perlu Sentimen Sosial-Kolektif
Sebagai penguat pandangan, Gus Miftah juga mengutip pandangan penulis Kristen Koptik Mesir, Milad Hanna, yang dalam bukunya Qabulul Akhar (Menerima yang Lain) menekankan pentingnya membentuk “sentimen kolektif-sosial”. Sentimen ini diyakini bisa mendorong masyarakat meninggalkan sikap parsial terhadap identitas tertentu dan mendorong terbentuknya persaudaraan lintas batas.
Gus Miftah menggarisbawahi pentingnya pendidikan dan pemberdayaan masyarakat untuk menumbuhkan empati serta kesadaran akan pentingnya toleransi.
“Mari kita bekerja sama untuk menciptakan masyarakat yang lebih toleran, damai, dan inklusif bagi semua,” ajaknya.
Melalui pendekatan yang damai dan berbasis pemahaman bersama, Gus Miftah berharap insiden seperti di Sukabumi tidak terulang kembali. Ia menegaskan, kerukunan antarumat beragama adalah pondasi penting bagi masa depan bangsa yang berkeadaban.