Merayakan ulang tahun Silver Anniversary ke-25, ICRP Tegaskan Komitmen Rawat Perdamaian di Tengah Kebhinekaan
Karena itu, menurutnya, kebinekaan adalah keniscayaan yang harus dirawat bersama.
Musdah mengenang bagaimana gagasan ICRP tumbuh di masa Orde Baru yang pada masa itu penuh tekanan.
“Pada masa itu adalah masa-masa represif. Kita tidak bisa menampakkan diri terlalu vokal berbicara tentang pentingnya demokrasi. Tapi alhamdulillah, ICRP berdiri dengan semangat reformasi untuk mendukung proses demokratisasi pada masa itu,” tuturnya.
Baginya, demokrasi adalah jalan untuk menegakkan hak asasi manusia, keadilan, dan kesetaraan bagi semua warga negara tanpa terkecuali, termasuk para penganut agama dan kepercayaan di luar agama resmi negara.
“Itulah sebabnya mengapa ICRP sangat mendukung dan berkomitmen mengimplementasikan nilai-nilai luhur Pancasila, yang di dalamnya terkandung nilai-nilai spiritualitas. Agama dan kepercayaan yang tumbuh di Indonesia mengedepankan pentingnya perdamaian, persatuan, dan keadilan bagi semua warga,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif ICRP sekaligus Ketua Panitia HUT ICRP Ilma Sovri Yanti dalam sambutannya mengatakan bahwa 25 tahun ICRP kali ini mengusung tema Merawat warisan Gus Dur dan Djohan Effendi dalam semangat Menghormati Keberagaman dalam kehidupan keagamaan.
"Tema kali ini, kami di ICRP ingin merawat warisan dari seorang Gusdur dan Djohan Efendi, untuk menghormati keberagaman dalam wajah keagamaan. Tentu tujuan akhirnya adalah untuk Indonesia yang menghargai kebebasan beragama dan berkeyakinan" tuturnya