6 Fakta Mengejutkan Yakuza, Gangster Legendaris Jepang Nasibnya Kini
- Tangkapan layar media sosial
Tekiya adalah pedagang asongan yang berkelana dari desa ke desa, menjual dagangannya sambil tinggal di pinggiran masyarakat.
Sementara Bakuto adalah penjudi dan sering dikaitkan dengan pegulat sumo (yang juga dianggap orang buangan). Kedua kelompok ini akhirnya bersatu menjadi apa yang sekarang kita kenal sebagai Yakuza.
Tekiya dan Bakuto mengadopsi beberapa tradisi samurai, termasuk kode etika kehormatan yang ketat dan ritual kesetiaan, yang menandai budaya organisasi yakuza.
Warisan samurai juga memberikan struktur hierarki yang ketat dengan aturan yang didasarkan pada rasa saling menghormati, kepatuhan, dan yang terpenting, kesetiaan mutlak kepada ketua atau oyabun.
2. 'Berkah' Perang Dunia II
Selama Perang Dunia II, Yakuza memainkan peran penting dalam perekonomian Jepang. Mereka terlibat dalam berbagai aktivitas seperti penyelundupan barang, menjalankan pasar gelap, dan memberikan perlindungan bagi dunia usaha.
Ketika perang berlangsung dan sumber daya menjadi langka, Yakuza turun tangan untuk mengisi kekosongan tersebut. Mereka menyelundupkan barang-barang seperti makanan, bensin, dan obat-obatan yang dijatah pemerintah untuk dijual di pasar gelap dengan harga yang melambung.
Hal ini memungkinkan mereka memperoleh keuntungan besar sekaligus menyediakan pasokan yang sangat dibutuhkan orang-orang yang tidak dapat memperolehnya melalui jalur resmi.
Selain kegiatan tersebut, Yakuza juga memberikan perlindungan bagi bisnis selama ini. Banyak bisnis terpaksa membayar uang perlindungan kepada kelompok Yakuza untuk menghindari vandalisme atau pembakaran oleh faksi anti-perang.
Yakuza juga akan bertindak sebagai perantara antara dunia usaha dan pemerintah, menggunakan koneksi mereka untuk membantu perusahaan mendapatkan kontrak atau menghindari pajak.