Haidar Alwi: Mayoritas Rakyat Merasa Puas dengan Program MBG
Surabaya – Ribuan pelajar dan mahasiswa di berbagai daerah menggelar demo bertajuk Indonesia Gelap pada Senin, 17 Februari 2025.
Dari sejumlah aspirasi yang disampaikan di antaranya adalah terkait efisiensi anggaran kementerian dan lembaga untuk program makan bergizi gratis (MBG) yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat.
Menanggapi hal itu, Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi mengatakan bahwa data dan fakta justru membuktikan sebaliknya.
"Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas yang terkenal independen, sebanyak 66,8 persen rakyat menyatakan puas dengan program MBG. Untuk tahap awal, angka tersebut tergolong tinggi. Hanya 23,2 persen yang tidak puas," kata Haidar Alwi, daam keterangannya, Selasa, 18 September 2025
Menurutnya, bagi sebagian orang makan mungkin dianggap sepele. Namun tidak bagi sebagian lainnya. Bahkan bagi umat muslim, makan sangat menentukan khusyuk tidaknya dalam beribadah.
"Saking pentingnya makan, sampai ada haditsnya. Jika waktu salat tiba sedangkan perut lapar dan makanan sudah dihidangkan, umat muslim dianjurkan makan terlebih dahulu tanpa perlu tergesa-gesa supaya salatnya khusyuk," jelas Haidar Alwi.
"Demikian pula dalam belajar. Mustahil siswa bisa konsentrasi dengan kondisi perutnya lapar, gizinya tidak tercukupi dan kesehatannya terganggu," sambung Haidar Alwi.
Ia yakin pemerintah sangat berhati-hati dan selektif melakukan pemotongan anggaran, terutama anggaran pendidikan sehingga tidak akan berdampak langsung terhadap mutu pendidikan.
"Mutu pendidikan tetap terjaga karena yang dipotong anggaran yang bersifat administratif dan seremonial seperti perjalanan dinas, studi banding, seminar dan lain-lain. Sementara beasiswa, dana BOS, KIP Kuliah, maupun tunjangan sertifikasi guru masih aman," ungkap Haidar Alwi.
Meski begitu, dirinya dapat memahami kekhawatiran pelajar dan mahasiswa. Aspirasi yang disampaikan bisa menjadi masukan serta bahan evaluasi bagi pemerintahan Prabowo-Gibran agar program-program berjalan lebih baik dan lebih tepat sasaran.
"Saya rasa Presiden Prabowo bukan pemimpin yang anti kritik. Tapi kritik yang membangun, yang didukung data dan fakta," tuntas R Haidar Alwi.