Diakui Berhasil, Senior IFAD Untuk Asia Tinjau Langsung Program PHLN Kementan di Kabupaten Subang
"Saya sangat senang melihat proyek ini mendorong lahirnya pemimpin-pemimpin komunitas. Saya berharap ke depan proyek ini terus fokus pada peningkatan nilai tambah produk-produk inovatif seperti Pineapple Crisp dan Chili Pineapple Crisp yang luar biasa ini," katanya.
Saat ditanya pendapatnya tentang efektivitas proyek IFAD, khususnya YESS, dalam memfasilitasi wirausaha muda, Barua mengaku bahwa dalam kunjungan singkatnya selama dua hari di Subang, ia melihat proyek ini berjalan efektif. Peningkatan kapasitas, akses ke pembiayaan, serta pengelolaan aset produktif sudah tampak.
Ia juga mencatat bahwa banyak pejabat di tingkat kabupaten dan kecamatan sudah mengenal proyek ini dengan baik dan menunjukkan antusiasme tinggi. Menurutnya, ke depan perlu dilakukan evaluasi menyeluruh untuk mengidentifikasi apa yang berjalan baik dan apa yang perlu diperbaiki, termasuk dalam memilih antara model koperasi atau hibah individu.
"Beberapa kelompok dan koperasi binaan di Subang bahkan sudah mulai menembus pasar ekspor. Ini adalah capaian luar biasa yang harus terus dikembangkan," tutup Barua.
Asriani, salah satu binaan Program YESS, menceritakan perjalanan usahanya yang dimulai pada 2016 dengan membuat kerupuk berbahan dasar ikan. Setelah mengikuti pelatihan Program YESS di Cijambe, ia terdorong untuk berinovasi dengan mengolah hasil pertanian lokal, yakni nanas.
"Saya pertama kali membuat kerupuk nanas dengan bumbu rujak, supaya berbeda dari produk lain. Lalu berkembang lagi menjadi salai nanas krispi, produk olahan dari nanas yang sebelumnya belum ada," ungkap Asriani.
Ia menilai peran program YESS sangat penting, terutama dalam membentuk klaster nanas yang melibatkan petani, pengolah, hingga pemanfaatan limbah daun nanas. Melalui program ini, Asriani juga menerima bantuan alat produksi seperti mesin pemotong kerupuk, continuous sealer, panci kukus berkapasitas besar, dan kompor, yang membuat kapasitas produksinya meningkat.