Upaya Baru Tangani Putus Sekolah di Wilayah Koja dan Tanjung Priok
Jakarta – PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo menggagas pendirian Rumah Belajar ‘Pelindo Prestasi’ di Jakarta Utara, untuk menjangkau anak-anak usia sekolah yang tidak lagi terakomodasi pendidikan formal. Program ini menyasar kawasan padat penduduk seperti Koja, Cilincing, dan Tanjung Priok, yang mencatat kasus putus sekolah cukup tinggi akibat berbagai sebab.
Direktur SDM dan Umum Pelindo, Dwi Fatan Lilyana mengatakan, Rumah Belajar ‘Pelindo Prestasi’ merupakan bentuk intervensi sosial, dengan pendekatan pendidikan non-formal yang inklusif dan fleksibel.
“Kami ingin memastikan tidak ada anak yang kehilangan kesempatan belajar hanya karena hambatan struktural atau keterbatasan ekonomi,” kata Lilyana, di Jakarta, Jumat (10/7).
Pendirian Rumah Belajar ‘Pelindo Prestasi’ merupakan bagian program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Pelindo, yang salah satu fokus utamanya bidang pendidikan. Sebagai BUMN yang bergerak di sektor layanan kepelabuhanan, Pelindo berkepentingan menciptakan lingkungan sosial yang sehat, produktif, dan berdaya saing, termasuk melalui investasi pada pendidikan masyarakat sekitar pelabuhan.
Rumah belajar dirancang sebagai ruang aman dan ramah anak, di mana anak-anak bisa melanjutkan proses belajar secara informal dan meraih mimpinya di masa depan. Kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan lokal dan karakter peserta didik.
Program ini menargetkan anak-anak usia SD dan SMP yang tidak lagi bersekolah karena berbagai sebab, mulai dari keterbatasan biaya, tekanan sosial, hingga persoalan administratif.
Dengan program ini diharapkan anak jalanan dan putus sekolah di sekitar pelabuhan Tanjung Priok bisa melanjutkan pendidikan dan berkesempatan memperbaiki kehidupan dan masa depannya.
Untuk memperkuat kualitas pengajaran, Pelindo mengadakan pelatihan bagi para tutor dan relawan pengajar. Dalam pelatihan bertajuk Pelindo Prestasi Teaching Workshop yang berlangsung hari ini, para peserta diberikan materi metode mengajar kreatif, prinsip pedagogi untuk anak dan remaja, serta teknik menyusun modul pembelajaran sederhana, namun kontekstual.
“Pendidikan non-formal tidak boleh asal-asalan. Tutor juga perlu dibekali agar bisa membangun hubungan belajar yang hangat, empatik dan bermutu,” ujar Lilyana.
Saat ini, rumah belajar menampung sekitar dua puluh anak didik dan dikelola oleh pengajar tetap serta relawan komunitas.
Dalam jangka panjang, model ini akan dikembangkan di beberapa titik lain di wilayah operasional Pelindo, terutama kawasan pelabuhan yang berbatasan langsung dengan permukiman padat.
Menurutnya, keberadaan rumah belajar ini bukan hanya soal memberi fasilitas, tapi tentang membuka kembali harapan. “Bagi kami, ini investasi sosial jangka panjang. Anak-anak ini kelak yang akan menjadi penggerak perubahan di lingkungannya," pungkasnya.